Status: Sebuah novel yang aku tulis 10 tahun lalu.

Estuary: The Star Lily Lake

BAB III Mr. McHale

Hari kedua aku di kota ini, kegiatanku mebereskan barang-barangku. Mulai meletakkan baju di dalam lemari pakaian, menata meja belajar, dan merapikan buku-buku dalam rak buku. Hari pertama yang kulakukan malah berada di luar rumah, disebabkan oleh Emily, oleh karena itu dia membantuku menata kamarku. Tapi yang terjadi malah perdebatan sengit dalam meletakkan barang yang 'seharusnya', dimulai dari pakaian yang ditata berdasarkarkan warna, sedangkan aku merasa lebih baik dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Buku yang kata Emily lebih baik diletakkan berdasarkan besarnya agar terlihat bagus, sedangkan pendapatku letakkan sesuai genrenya.

"Emily jangan letakkan jam waker itu di jendela!" sedikit berteriak, karena aku mulai lelah.

"Cheryl! Ini akan tampak bagus jiga diletakkan disini." jawabnya dengan meletakkan jam waker di tengah ambang jendela.

"Tapi, akan sangat sulit meraihnya saat aku ingin mematiknnya, lagipula aku sengaja mengosongkan tempat itu untuk tempatku membaca," jawabku selayaknya mandor, menegaskan bahwa ini kamarku dan yang siapa yang berhak memutuskan letak setiap barang.

"Baiklah," jawabnya dengan nada pasrah sembari berjalan keluar kamar.

Aku hanya memandang sekilas saat dia keluar kamar, lalu menghela nafas. Baiklah, aku melanjutkan sendiri pekerjaan ini. Setelah satu jam berkutat dengan pikiranku sendiri, aku memandang kamarku yang sudah rapi. Cukup memuaskan.

Setelah ini aku harus berterima kasih pada Emily dan meminta maaf padanya, pikirku. Aku mengambil gelang dari kotak perhiasanku, lalu keluar makan siang untuk makan siang.

Sesampainya di ruang makan, aku dikagetkan dengan Si Kembar Smith yang sudah duduk di seberang meja depan ayahku. Mereka terlibat dalam pembicaraan yang sepertinya menarik, hingga tak menyadari aku sudah duduk di antara mereka.

"Cheryl! Kau tak pernah cerita punya teman yang menarik seperti mereka?" tanya ayahku, saat aku menuangkan susu di gelasku.

"Ayah! Kita baru sampai kemarin," jawabku sambil lalu. Masih pagi dan aku tak diacuhkan, "Ah ya, pagi, Ayah."

"Oh, pagi, Sayang," balas ayahku, menyadari tingkahku. "Bagaimana kalian bertemu?" lanjutnya.

Beruntung aku belum minum, atau aku akan tersedak, "Ah, oh... Aku bertemu mereka di ....," jawabku sedikit ragu, kalau ayah tahu aku keluar malam, dia akan marah.

"Kami bertemu dengan Cheryl kemarin siang, Mr. McHale, Miss Lauer memperkenalkan kita, ketika mereka berjalan-jalan keliling kota," sahut Adrian dengan tenang.

Oh, Thanks Adrian, kau menyelamatkanku.

Setelah itu, ayah menanyakan perjalananku dengan Emily mengelilingi kota, untuk ini tak perlu berbohong, syukurlah. Cerita dimulai dari rumah, danau, dan ladang luas tempat bermain kami. Sejarah tentang Danau Star Lily membuat Smith bersaudara menambahkan cerita dengan dramatisasi berlebihan.

"Benar Ayah, sangat indah, banyak pepohonan. Jadi udara di sini sangat menyegarkan dan orang-orangnya sangat ramah. Aku menyukainya." selak

Saat Adrian mulai kehabisan nafas, Mrs Lauer menyela, "Benarkah? Apa yang menarik dari kota terpencil di pinggiran, kecuali pohon yang begitu banyak?"

"Hmm,, cukup banyak hal yang menarik yang tidak bisa dilihat orang kebanyakan," jawab Adrian dengan penuh ketenangan.

"Terlebih lagi cerita sejarah yang ada di kota terpencil yang tidak ada apa-apanya in," sahut Danielle dengan intonasi lantang, tanpa tahu bahwa ada nada menyendir. Aku yakin Danielle tak bermaksud melakukannya, dia hanya bangga.

"Kalau tak ada apa-apanya, mengapa kau masih disini. Huh?!" Sahut Emily dari dapur yang menangkap nada sindiran dari Danielle.

"Apa urusanmu, Emissary?" ejek Danielle dengan memelototi Emily.

Emily tak mau kalah membalas pelototan  dengan menyandingkan tangannya di pinggang, "Hey Dandy."

Sebelum pertengkaran semakin panjang, Adrian berhasil menempatkan dirinya di tengah mereka dan mulai melerai dengan cara seperti ayah yang menenangkan anak-anaknya dari berebut mainan. Hampir berhasil, dan sedikit bantuan dari ayahku, akhirnya mereka bisa tenang.

"Baiklah, bagaimana jika melanjutkan sarapan dengan tenang? Bukankah ejekan bukan sarapan yang lezat?" tambahan ayahku.

Setelah beberapa saat hening karena sibuk menghabiskan sarapan masing-masing, aku memandangi si kembar dengan keheranan. "Kukira kalian akan datang di lain hari."

Adrian melirik Danielle yang tiba-tiba tersipu malu, "Hmmm, Danny ingin cepet-cepat kemari. Dia sangat memaksa," jawab Adrian dengan malas tapi dengan penekanan pada kaliamat terakhir.

"Ah, itu karena kami ingin cepat bertemu Anda, Mr. McHale," sahut Danielle dengan wajah tersipu dan mata mendelik ke Adrian, lalu kembali tersenyum menghadap ayahku. Adrian yang dipelototi, hanya memutar bola matanya. Lucu sekali melihat Danielle tersipu dengan saat mencuri pandang sekilas ke Emily, atau itu hanya perasaanku saja.

"Kami kemari karena tertarik dengan penelitian yang Anda lakukan," Adrian memulai dengan pandangan penuh ketertarikan.

Ayahku memandangi Andrian dengan sedikit heran, lalu memulai pujiannya tentang anak-anak yang tidak banyak menyukai sejarah karena membosankan, dan ayah mulai membosankan dengan kalimat pujiannya. Haaahh  .

Namun Danielle menyahut dengan sedikit mencibir dan mulai bercerita bahwa sebenarnya Adrian tidak terlalu tertarik pada kota ini. Mereka hanya mengikuti keinginan ibu mereka yang ingin tinggal bersama nenek. Lalu saat mereka menyusuri danau dengan saling mendorong, tidak sengaja Adrian jatuh ke dalam danau. Semenjak itu, Adrian sangat tertarik dengan Danau Star Lily.

"Hah." terdengar dari Emily dan Mrs.  Lauer bersamaan. Lalu suasana menjadi hening sebentar.

"Kau pernah jatuh ke danau?" tanya Emily memecah keheningan.

"Star Lily Lake?" sahut Mrs. Lauer dengan ekspresi ngeri dan terbelalak.

Adrian mengangguk dan memandangi Emily dan Ibunya denganmata menyipit memperhatikan ekspresi mereka. Sekilas Emily dan Ibunya saling pandang, lalu Emily mengangguk, "Oh," menjawab dengan intonasi seakan tidak begitu peduli. Tapi kegugupan mereka tampak jelas, hanya saja tdidak ada yang berani menanyakan. Sehingga sepanjang sisa makan hanya diisi dengan ketukan sendok, garpu, dan piring.

Selesai makan, aku dan Emily membantu Mrs Lauer membersihkan meja makan dan mencuci piring, sedangkan ayah dan si kembar duduk di ruang keluarga dengan hidangan cemilan dan teh panas. Meskipun sudah cukup siang, suasana di kota ini masih terasa dingin.

"Memang kenapa dengan Danau Star Lily?" tanyaku memecah keheningan disela suara guyuran air keran. "Emily pernah menceritakan tentang penyihir hitam yang mengubah danau menjadi hitam.

Mrs. Lauer tersentak seketika dan menoleh ke Emily dengan membelalakkan matanya membuat Emily membisikkan maaf dengan mata yang ketakutan, kemudian menoleh padaku dengan senyum yang sedikit dipaksakan, "Ah, itu hanya mitos saja." Jawabnya singkat lalu melanjutkan kegiatan mencuci piring kami dalam hening.

Mrs. Lauer menyerahkan tugas melap meja makan padaku dan Emily, sehingga dia bisa mengantarkan tambahan camilan ke ruang keluarga dimana ayah dan si kembar sedang menikmati perbincangan mereka.

Sampai kami selesai, Mrs. Lauer tak kembali ke dapur, kami memutuskan untuk bergabung dengan si kembar, sesampainya disana, aku tidak melihat ibunha Emily, namun saat aku melihat Emily untuk bertanya, dia terlihat biasa tanpa kehadiran ibunya.

Hampir setengah jam ayah bercerita tentang perjalanan kami dan penelitian-penelitiannya pada kami. Si kembar sangat antusias mendengarkan, Emily terlihat mulai bosan, sedangkan aku yang sudah tahu hampir semua cerita tersebut hanya sedikit menambahkan beberapa komentar sambil tetap mengunyah cookies buatan Mrs. Lauer. Ah, aku lebih penasaran kemana dia pergi daripada mendengarkan cerita dimana aku juga sebagai pemeran utamanya.

"Apa Anda percaya dengan mitos Star Lily Lake, Mr. Mchale?" tanya Danielle, membuatku akhirnya tertarik dengan percakapan mereka.

"Aku rasa itu hanya mitos, anak-anak," jawab ayahku. "Danau itu menjadi hitam bisa dijelaskan secara ilmiah. Dikarenakan begitu banyaknya teratai di permukaan danau dan akar-akarnya yang mencapai dasar danau, danau tersebut menjadi hitam," jelas ayahku menambahkan.

"Mungkin," Adrian mengangguk menyetujui penjelasan ayahku, lalu menambahkan, "Apa Anda tahu bahwa dasar danau akan terlihat jelas ketika malam hari?"

Ayahku menatap Adrian dengan mata hampir keluar, bukan karna kaget, tapi rasa ingin tahu yang besar. "Benarkan?"

"Benar, Mr. McHale. Anda akan bisa melihat dasar danau dengan batuan-batuan indahnya, karena banyaknya kunang-kunang yang terbang di atas danau pada malam hari," sahut Danielle dengan kecepatan bicaranya yang luar biasa.

Ayahku membentuk huruf 'o' pada mulutnya. Kemudian mulai bertanya secara detail pada si kembar, saling sahut menyahut dengan kecepatan dan antusiasme tinggi, akhirnya mereka terlihat lelah dan mulai menghela nafas panjang bersamaan. "Apakah kalian mau menunjukkan padaku?" tanya ayahku di sela engahan.

"Tentu saja." Jawab Smith bersaudara bersamaan dengan senyum lebar yang mengembang.

・・・